Selasa, 29 Mei 2012

Berdoa Agar Persembahan Berkenan?


Berdoa Agar Persembahan Berkenan?


Siapa yang membuat berkenan, orangnya atau persembahannya?
Perhatikanlah bila umat Tuhan akan memberikan persembahan dalam sebuah ibadah, maka pemimpin akan berdoa, setidaknya demikian: “Tuhan, berkenanlah atas persembahan ini… dst”
Demikian juga para pelayan-pelayan di gereja akan dengan sungguh-sungguh berdoa agar pelayanan mereka menjadi persembahan yang berkenan kepada Tuhan.
Para pemuji akan meminta dengan rendah hati kepada Bapa agar persembahan pujian dan ucapan syukur yang dilakukan bersama jemaat berkenan dan menyenangkan Tuhan.
Kita pun selagi mempersiapkan persembahan, kerinduan hati adalah memberikan dengan tulus dan sukacita agar persembahan itu berkenan.
Mengapa demikian? Setidaknya pegalaman saya adalah karena ada kisah dalam kitab Kejadian dimana dua orang keturunan manusia pertama, Kain dan Habil memberikan persembahan yang lagendaris.

Kejadian 4:3  Setelah beberapa waktu lamanya, maka Kain mempersembahkan sebagian dari hasil tanah itu kepada TUHAN sebagai korban persembahan;
4  Habel juga mempersembahkan korban persembahan dari anak sulung kambing dombanya, yakni lemak-lemaknya; maka TUHAN mengindahkan Habel dan korban persembahannya itu,
5   tetapi Kain dan korban persembahannya tidak diindahkan-Nya. Lalu hati Kain menjadi sangat panas, dan mukanya muram.

Semua ingin persembahannya diterima dalam arti berkenan dan menyenangkan hati Allah seperti Habel, tetapi tidak ingin persembahannya ditolak dan diabaikan seperti Kain.

Saya termasuk yang memahami bahwa perlu dengan sungguh-sungguh berdoa agar perkenan itu terjadi. Tetapi sekarang ketika membaca lagi firman Tuhan ini, ada sedikit perubahan baru. Mengapa, karena masalah utamanya bukan persembahannya Kain yang ditolak Allah dan persembahan Habil diterima, bukan demikian urutannya. Perhatikan:
maka TUHAN mengindahkan Habel dan korban persembahannya itu.
Urutannya Habil dulu Tuhan berkenan baru persembahannya. Mengapa Alkitab tidak menyebut saja ‘persembahan Habil’ tetapi menyebut ,,,Habel dan korban persembahannya...
Karena menurut saya siapa yang memberikan persembahan jauh lebih penting dari persembahannya. Karena yang memberikan korban, menentukan berkenannya persembahan.

Perhatikan: …tetapi Kain dan korban persembahannya tidak diindahkan-Nya….
Kain dulu tidak yang disebut tidak diindahkan Tuhan, baru persembahannya juga tidak diindahkan Tuhan.
Jadi Kain itu marah bukan saja karena korbannya yang ditolak, tetapi dia begitu kecewa karena dirinya yang pada waktu itu tidak berkenan kepada Allah. Sehingga apa yang dipersembahkannya juga tidak berkenan.

Anak-anak Tuhan seharusnya jauh lebih sungguh mendoakan dirinya agar berkenan daripada meminta persembahannya berkenan.
Jauh lebih penting menggumuli hidup yang berkenan daripada banyak berdoa untuk pujian atau pelayanan yang berkenan.
Karena bila dirinya berkenan maka persembahannya memiliki kesempatan berkenan seperti pengalaman Habel. Tetapi jika dirinya tidak berkenan, saya setuju, bahwa persembahannya juga tidak berkenan.

Dulu ada pertanyaan yang bagi saya sulit dijawab, bagaimana persembahan seorang koruptor, atau perampok yang dengan rendah hati dan tulus memberikan persembahan, diterima atau tidak?
Saya menjawab, selama gaya hidupnya berdosa, maka persembahannya tidak berkenan. Tentu saja gereja bisa mengelola persembahan tersebut untuk berbagai keperluan pelayanan, Karena sudah diberikan. Tetapi dihadapan Tuhan itu soal lain.

Maka rubah cara berdoa, bukan lagi mendoakan agar korban yang kita berikan berkenan, tetapi imani dan sadari perkenanan Allah oleh karena Yesus. Kuduskan diri oleh kasih karunia-Nya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar