Senin, 19 September 2011

Menabur itu menuai

Menabur
Galatia 6:1-10  1 Saudara-saudara, kalaupun seorang kedapatan melakukan suatu pelanggaran, maka kamu yang rohani, harus memimpin orang itu ke jalan yang benar dalam roh lemah lembut, sambil menjaga dirimu sendiri, supaya kamu juga jangan kena pencobaan.
2  Bertolong-tolonganlah menanggung beban
mu! Demikianlah kamu memenuhi hukum Kristus.
3  Sebab kalau seorang menyangka, bahwa ia berarti, padahal ia sama sekali tidak berarti, ia menipu dirinya sendiri.
4  Baiklah tiap-tiap orang menguji pekerjaannya sendiri; maka ia boleh bermegah melihat keadaannya sendiri dan bukan melihat keadaan orang lain.
5  Sebab tiap-tiap orang akan memikul tanggungannya sendiri.
6  Dan baiklah dia, yang menerima pengajaran dalam Firman, membagi segala sesuatu yang ada padanya dengan orang yang memberikan pengajaran itu.
7  Jangan sesat! Allah tidak membiarkan diri-Nya dipermainkan. Karena apa yang ditabur orang, itu juga yang akan dituainya.
8  Sebab barangsiapa menabur dalam dagingnya, ia akan menuai kebinasaan dari dagingnya, tetapi barangsiapa menabur dalam Roh, ia akan menuai hidup yang kekal dari Roh itu.
9  Janganlah kita jemu-jemu berbuat baik, karena apabila sudah datang waktunya, kita akan menuai, jika kita tidak menjadi lemah.
10  Karena itu, selama masih ada kesempatan bagi kita, marilah kita berbuat baik kepada semua orang, tetapi terutama kepada kawan-kawan kita seiman.

Dalam pengertian saya menabur berbeda dengan memberi. Seorang petani yang telah mengolah tanah, akan masuk pada giliran untuk menyebarkan benih. Menabur adalah bagian yang tidak terpisahkan dari 4 pekerjaan pokok petani. Pertama menyiapkan tanah, menaburkan benih, merawat dan menyiangi, masa panen.
Menabur adalah bagian penting dari urutan kegiatan petani. sampai bagian yang paling menyenangkan tiba, yaitu masa panen. Memang petani tidak bisa memberikan pertumbuhan pada benih dan memastikan panen yang melimpah. Tetapi dia bisa berupaya maksimal untuk mengerjakan dan mengolah tanah dengan baik. Menabur benih dengan sungguh-sungguh, menjaga, merawat dan akhirnya menuai hasil.
Pasti menabur mempunyai tujuan, yaitu untuk menuai hasil.
Pasti agak aneh jika mengharapkan hasil tuaian tapi tidak pernah menabur.

Tetapi bukankah menabur itu tindakan menyebarkan banyak benih. Dari kantong benih kita sebarkan ke tanah. Jika orang tidak paham bercocok tanam, kelihatannya sedang membuang sesuatu. Tetapi dari membuang benih itulah akan dihasilkan puluhan kali benih lagi. Jadi sederhana, menabur bukan satu kata atau tindakan sia-sia.
Tetapi bukankah menabur itu intinya ‘memberi?’
Jika ‘ya’ bukankah  dalam memberi Tuhan Yesus mengajar harus dengan ‘tulus hati’, ‘tidak mengharapkan imbalan’ dan ‘melakukannya demi kemuliaan Allah’?
Benar! tetapi mari bedakan kata ‘imbalan’ atau ‘balasan’ dengan kata ‘hasil’
Memberi jangan harapkan ‘balasan’ atau ‘imbalan’
Menabur itu akan memberikan ‘hasil’.
Anda menanam pohon mangga, merawatnya dengan baik. Anda mengharapkan pohon itu akan memberikan buah, tempat teduh, udara yang segar. Tetapi diharapkan atau tidak diharapkan, pohon itu akan memberikan hasil. Bahkan lebih dari yang diharapkan.
Jadi apa yang kita tabur, akan memberikan hasil. Dan siapa yang menuai? Tentunya yang menabur akan menuai hasilnya lebih dahulu.

Kita belajar menabur dari Galatia, dengan beberapa nasihat dan syarat-syarat penting,
1. Menabur pertolongan untuk saudara seiman
kalaupun seorang kedapatan melakukan suatu pelanggaran,…
Kalaupun…, artinya ada kemungkinan dan potensi seseorang percaya akan melakukan kesalahan. Kesalahan yang dimaksud adalah bukan dengan sadar dan sengaja melawan kasih karunia Allah. Tetapi telah dibawa dengan tidak disadari atau ditipu oleh pencobaan atau semacam jebakan. Jadi akan ada beberapa orang percaya yang menjadi korban penipuan. Setidaknya ada tiga hal dalam jaman itu yang membuat orang percaya dalam pelanggaran,
pertama oleh karena di bawah pengajaran guru yang salah. Jadi ada orang-orang percaya yang tergoda dan akhirnya mengalah pada pengertian bahwa untuk mendapat kebenaran dan pengudusan dengan melakukan, bukan menerima. Misalnya pada waktu itu dengan mentaati hukum-hukum Musa, dengan sungguh-sungguh mentaati Taurat akan membawa kepada kebenaran. Mereka tahu bahwa ada sesuatu yang tidak benar dengan dasar ini, tetapi mereka tidak tahu bagaimana dan harus bertindak seperti apa. Karena pengajaran yang kurang atau tidak diajarkan. Sehingga yang berkembang adalah hal yang tidak sepenuhnya berdasarkan firman Allah.
Contoh: orang percaya ingin lebih diberkati, tapi tidak tahu persis bahwa salah satu kunci utama adalah memberi. Mereka harus diajarkan tentang memberi.

Anak-anak Tuhan tidak asing dengan berdoa. Tahu berdoa, tetapi bagaimana supaya berhasil dalam doa? Bagaimana menyatakan doa yang berkuasa? Mereka harus ditolong bertumbuh dalam doa.

Beberapa orang gagal dengan hati nurani yang bersih dari tuduhan dosa. Mereka percaya pengampunan Allah, tetapi tidah tahu bagaimana pengampunan itu bekerja dalam dirinya. Perlu ditaburkan pengetahuan dan dasar firman agar kebenaran membasuh hati nurani.

Hal kedua yang terjadi adanya kencenderungan yang merusak dalam jemaat di Galatia pada waktu itu. Jika pada jaman sekarang kondisi yang tidak terlalu berbeda, kita akan menemui kecenderungan ini.

Contoh: Kuasa.
Beberapa orang sudah terlibat dalam berbagai bentuk untuk motif kuasa dalam gereja. Memimpin adalah melayani tetapi punya bentuk lain yang otomatis muncul bersamaan: kuasa, pengaruh, mengatur. Beberapa konflik terjadi, karena seorang yang merasa pemimpin wewenangnya tidak dihargai. Otoritasnya tidak dihormati. Dan kadang mengatas namakan posisi gembala atau pemimpin, meminta hak dan kehormatan yang bukan pada waktunya. Beberapa orang kecewa karena pemimpin yang dihormati karena tulus dan murni mulia bicara uang dan uang. Beberapa pemimpin membuat hati hambar karena mengklaim keberhasilan-keberhasilan sebagai upayanya, doanya, dan urapan Tuhan yang bekerja atas dirinya. Hal dmeikian yang terjadi terus menerus adalah ambang perpecahan dan kehancuran. Orang tidak perlu lagi merasa terlibat Karena tidak ada andilnya.  
Contoh yang lain lagi isa soal uang, kekudusan hidup, dosa pergaulan, dan banyak lagi yang perlu sekali pertolongan pengajaran yang benar. Yang punya hendaknya menabur.  

ketiga adalah berhubungan dengan pengaruh penyembahan berhala yang berlebihan pada jaman itu. Pada jalan sekarang iblis masih bekerja dengan cara yang sama tetapi dengan media berbeda. Dukun berganti paranormal yang mengikuti jaman. Pengalihan dari bergantung kepada Allah dengan digantikan yang lain, tetap gaya lama yang diperbaharui. Acara televisi, teknologi, dan pekerjaan menjadi alat yang paling umum untuk mengurangi keintiman bersama Allah.
Di sinilah perlu petunjuk dari orang-orang percaya yang menolong saudara seiman yang jatuh untuk bersekutu kembali.

Maka kamu yang rohani harus memimpin orang itu ke jalan yang benar
Artinya kamu yang lebih rohani, atau kamu yang sudah menerima Roh, tetapi bukan kamu yang tidak berdosa!
Dewasa Rohani maksudnya adalah…
þmemiliki pikiran Kristus,
þ   Hidup dalam buah Roh, seorang yang mengampuni bukan menghakimi.
þ   Memiliki hati hamba dan pelayan untuk saudara seiman.
 Maka orang-orang inilah yang harus memperbaiki ‘jaring yang rusak atau tulang yang patah’.
Ini adalah penting sekali bagi orang yang sudah dewasa untuk menolong yang lain sampai mencapai pengertian di atas rata-rata orang Kristen. Inilah yang tanpa henti diperintahkan dan dilakukan sendiri oleh rasul Paulus.

Sambil menjaga dirimu sendiri, supaya kamu juga jangan kena pencobaan..
maksudnya adalah pencobaan bukan untuk kedewasaan tapi untuk merusak.  
Orang percaya memiliki beban, yaitu untuk menolong orang percaya yang lain. Yang sudah dewasa rohani membantu membawa kelemahan-kelemahan yang kurang dewasa.
orang percaya harus menilai diri sendiri sehingga mereka dengan sewajarnya berhubungan satu dengan yang lain sehingga menghindari menilai diri terlalu tinggi. Sehingga dia tidak menipu dirinya sendiri dan membawanya dalam kesalahan. Bukan berarti orang percaya tidak punya dosa, tetapi dosa tidak mendominasi hidup mereka. Itulah sebabnya mereka ini dapat menolong dan mendoakan untuk mereka yang didominasi oleh dosa.

menguji pekerjaannya sendiri
orang percaya harus menguji pekerjaannya sendiri dan tidak membandingkan dirinya dengan orang lain terutama yang sedang tergelincir dalam dosa. Sangat mudah menjadi baik dan tenang bila duduk diantara orang yang berdosa atau baru bertumbuh. Saya bersyukur Roh Kudus mau tinggal dan mengajar dalam diri orang percaya. Roh mengajar untuk mengukur diri dengan firman Allah, membandingkan diri dengan Yesus. Menilai dengan karakter Kristus.
Sangat menyenangkan bila sudah melakukan hal-hal besar menurut Alkitab, kemudian melihat sekeliling dan tidak seorangpun yang menyamai. Tetapi uji lagi apakah motifnya, apakah tujuannya, apakah prosesnya memuliakan Allah?

tiap orang akan memikul tanggungannya sendiri.
Karena setiap orang akan menghadap tahta pengadilan Kristus. Dan Kristus menilai setiap apapun dalam diri kita dan yang kita lakukan berdasarkan diri-Nya, penilaiannya. Bukan ranking kita dengan orang lain. Bukan lagi siapa juara di dunia pelayanan, tidak lagi siapa besar dalam gereja Tuhan, tapi siapa dia dihadapan Kristus. Dalam standar kebenaran-Nya. Pengadilan yang belum pernah ada dan satu-satunya.

2. Menabur untuk utusan Tuhan
Mereka yang diajar ada dalam tanggung jawab rohani untuk berbagi di dalam pelayanan dengan mereka yang mengajar mereka. Ini adlah prinsiop umum, yang walaupun Paulus tidak mengambil pemberian atau keuntungan dari jemaat atas pelayanannya tetapi dia menekankan prinsip ini. Berbagi dalam hal kebutuhan rohani dan jasmani. Mereka yang diajar harus berterimakasih dan mau merespon. Tentu ini tidak dimaksudkan untuk guru-guru palsu.

Jangan sesat! Artinya jangan memperdaya atau menipu. Dengan bagaimana, yaitu dengan seolah –olah itu sedang diproses atau sudah dilakukan. Kalau bertindak demikian ini sama dengan sudah menipu.
Itu sama dengan mengejek Allah di depan mata. Karena siapa yang dipanggil melayani Allah dia adalah mewakili Allah. Mengejek utusan Allah, dalam konteks ini, sama dengan mengejek Allah.
Tetapi sebaliknya, …barangsiapa memberi air sejuk secangkir sajapun kepada salah seorang yang kecil ini, karena ia murid-Ku, Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya ia tidak akan kehilangan upahnya dari padanya."Matius 10:42
40      Dan Raja itu akan menjawab mereka: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku. Matius 25:40,
Orang percaya atau tidak, semua kena hukum umum ini, tidak terkecuali. Ini juga prinsip rohani bagi orang percaya. Apa saja yang ditabur, akan dituai, meskipun tidak mempengaruhi keselamatan.
Karena ada dua dasar untuk dibenarkan oleh Allah, yaitu usaha manusia atau anugerah yang benar-benar cuma-cuma.

3. Jangan lelah menunggu masa menuai 
Janganlah kita jemu-jemu berbuat baik
Artinya jangan jemu-jemu adalah …
þ    jangan kehilangan semangat.
þ    Jangan putus asa,
þ    jangan patah hati,
þ    jangan hilang harapan.

karena apabila sudah datang waktunya, kita akan menuai,
Diperlukan iman yang terus menerus merespon dengan percaya. Dasarnya adalah ada waktu Allah yang Maha Kuasa itu bekerja dalam hidup kita.
Kita tidak banyak tahu bagaimana sesuatu itu terjadi, tetapi karena kita percaya bahwa Allah itu Maha Kuasa dan ini tuntutan Alkitab bahwa kita harus menabur kebaikan. Maka kita memberikan hidup kita untuk melayani dan melakukan kebaikan.

berbuat baik kepada semua orang, tetapi terutama kepada kawan-kawan kita seiman
Bagaimana perbuatan baik yang mendatangkan tuaian kekal?
Aku menjawab: Jika engkau makan atau jika engkau minum, atau jika engkau melakukan sesuatu yang lain, lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah. 1Kor 10:31 
Siapa orangnya?
þ   Orang percaya lebih dahulu,
þ   Semua orang,

by yefta heppy Inspired by Dr.Bob Utley 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar