Apa hubungan Makam dengan Alkitab?
Anda tahu mengapa banyak cara orang menguburkan orang
mati? Begitu banyak cara orang diberbagai tempat untuk menguburkan orang mati.
Mulai kuburan yang ada di lereng bukit, sampai kuburan yang megah berbentuk
piramida di Mesir milik para Firaun. Atau makam raja-raja di Indonesia dalam
candi-candi yang indah.
Saya berpikir bahwa ini adalah karena masing-masing
kemajuan budaya itu berbeda. Lingkungan berbeda, situasi dan latar belakang
berbeda. Dan banyak lagi yang menjadi dasar alasan mengapa Raja-raja China dan
raja-raja dari aztec – Inca itu berbeda makamnya. Tetapi ketika membaca Pengkhotbah 3:11 : Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya, bahkan Ia memberikan kekekalan dalam hati mereka.
Tetapi manusia tidak dapat menyelami pekerjaan yang dilakukan Allah dari awal
sampai akhir.
Maka saya mendapat pengertian baru!
Perhatikan kata kekekalan dalam firman di atas, kesadaran
akan kekekalan itu ada dalam diri tiap manusia, karena Tuhan letakkan itu di
dalam hati mereka. bagaimana buktinya? Salah satunya: Penguburan tadi!
Dalam setiap ritual pemakaman, nampak ada nilai atau
pemahaman kehidupan setelah kematian. satu penghargaan dan harapan akan adanya
kehidupan di kemudian hari. Entah masing-masing menamakannya, mungkin hidup
kekal, kebangkitan, kelahiran kembali, hidup dengan nenek moyang, dsb. Pada
intinya menyadari bahwa kematian bukan akhir segalanya. Ada kehidupan lain
setelah kematian.
Setidaknya dalam suku terpencil yang kanibal pun dijumpai
bahwa mereka memahami kehidupan setelah kematian ini. Mereka percaya bahwa
orang yang dimatikan lalu mereka makan daging atau organ tubuhnya, maka
kehidupan dari sang korban tersebut akan mempengaruhi hidup dan tubuh si
pemakan. Kalau yang dimakan itu prajurit atau pahlawan perkasa, maka yang
memakannya akan bertambah kuat dan memiliki kekuatan korbannya. Itu tanda
kepercayaan bahwa yang mati tidak benar-benar mati, tidak musnah begitu saja,
tapi ia masih memiliki satu kehidupan lain yang berpengaruh. Sebagian menyembah
dan mengharapkan pertolongan dari roh-roh orang yang telah mati. Entah itu roh
leluhur atau pemimpin. Tetap mengakui mereka masih hidup di alam lain setelah
kematian. Kekekalan!
Tetapi manusia
tidak dapat menyelami pekerjaan yang dilakukan Allah dari awal sampai akhir.
Mereka tidak tahu dari mana mereka berasal, kemana mereka
akan menuju setelah kematian. Masing-masing budaya punya cerita tentang asal
usul mulainya budaya mereka. Masing-masing mengembangkan legenda asal muasal
nenek moyang dan mempercayai hal-hal apa yang terjadi setelah kematian.
Di Mesir, ada Raja Firaun yang terkenal dengan mumi dan
kekayaan dalam kuburan piramidanya. Dari laporan penelitian para ahli, mumi adalah
tubuh raja yang dipersiapkan untuk kebangkitan dan kehidupan di masa mendatang.
Di Indonesia dari Sabang sampai Merauke, pulau Sumatra
sampai Papua, banyak macam upacara penguburan. Begitu banyak cara dan tradisi
berhubungan dengan kehidupan setelah pemakaman. Ada yang diawetkan dulu, ada
yang disimpan di tempat tertentu, ada yang dibakar. Ada upacara yang sederhana
tetapi khidmat, ada upacara yang menghabiskan biaya jutaan untuk penghormatan
satu orang yang sudah meninggal. Semua baik dan indah dalam masing-masing
kepercayaannya.
Tetapi saya percaya bahwa Allah telah memberikan
pengetahuan ‘kekekalan’ dalam hidup saya, bukan hanya itu, tetapi juga
memberitahukan rahasia tentang ‘awalnya
dari mana dan berakhirnya dimana...’
Dimana pengetahuan itu saya dapat? Di Alkitab.
Alkitab dimulai dengan kitab Kejadian, yang bab pertamanya
mengisahkan tentang penciptaan segala sesuatu.
Yang ayat pertama berkata ‘Pada mulanya...’ ini kisah
tentang ...pekerjaan yang dilakukan Allah
dari awal...
Kemudian Alkitab ditutup dengan Kitab Wahyu, yang pada
bagiannya menuliskan tentang Surga dan neraka yang kekal. Menceritakan bagaimana
akhir kehidupan di Bumi.
... pekerjaan
yang dilakukan Allah dari awal sampai akhir.
Tentu heran kalau
umat Tuhan mencari –cari tentang dirinya pada peramal, buku-buku tulisan orang,
kepercayaan-kepercayaan, dari pada buku manual kekekalan terbitan sorga:
Alkitab.
Bagaimana Anda
menghargai Alkitab?
Bagaimana Anda
membacanya?