Minggu, 14 Agustus 2011

Iman dan Ketekunan

Iman itu Tampil dalam Ketekunan
Oleh heppy
2Tesalonika 1 : 1 Dari Paulus, Silwanus dan Timotius, kepada jemaat orang-orang Tesalonika di dalam Allah Bapa kita dan di dalam Tuhan Yesus Kristus.
2  Kasih karunia dan damai sejahtera dari Allah, Bapa kita, dan dari Tuhan Yesus Kristus menyertai kamu.
3  Kami wajib selalu mengucap syukur kepada Allah karena kamu, saudara-saudara. Dan memang patutlah demikian, karena imanmu makin bertambah dan kasihmu seorang akan yang lain makin kuat di antara kamu,
4  sehingga dalam jemaat-jemaat Allah kami sendiri bermegah tentang kamu karena ketabahanmu dan imanmu dalam segala penganiayaan dan penindasan yang kamu derita:
5 suatu bukti tentang adilnya penghakiman Allah, yang menyatakan bahwa kamu layak menjadi warga Kerajaan Allah, kamu yang sekarang menderita karena Kerajaan itu.

Ayat 1 Dari Paulus, Silwanus dan Timotius, kepada jemaat orang-orang Tesalonika di dalam Allah Bapa kita dan di dalam Tuhan Yesus Kristus
Saat orang lapar, apa yang dibutuhkan? Makan. Saat orang tertekan oleh orang jahat dan berkuasa, apa yang mereka butuhkan? Pembelaan orang kuat untuk pembebasan. Pertolongan yang tepat dan diharapkan akan sangat membantu.
Tetapi apa yang terjadi ketika jemaat yang ada di Tesalonika menderita? Tiga tokoh utama pendiri gereja justru memberi mereka surat, yang isinya pujian dan peneguhan, apakah ini relevan?
Mari kita selidiki perlahan,
Jemaat yang ada di Tesalonika itu dalam penganiayaan dan penderitaan. Jadi sebelum kita merenungkan lebih lagi, pahami kata Alkitab bahwa sejak gereja mula-mula penderitaan yang dialami umat Tuhan itu ada. Bahwa Rasul an bapak gereja itu mengakui bahwa memang mereka dalam penderitaan. Saya senang kata yang dipakai adalah penganiayaan dan penderitaan, bukan istilah positif atau motivasional, ‘Oh, mereka sedang di bawah, pada fase pembentukan”
Maksud saya, jauh lebih baik jujur bahwa orang percaya pada jaman sekarang pun bisa jatuh menderita, lelah, tertekan berat. Memang pasti ada solusi dari Tuhan. Bayangkan kalau ada orang sakit perut, pedih dan melilit, lalu dia sendiri berkata tidak ada sakit, tidak ada melilit, … maka dokterpun tidak bisa memberikan resep obat, karena tidak ada apa-apa.
Demikian juga penderitaan yang diakui, mendatangkan penghiburan, kelemahan yang dikenali dan diakui mendatangkan peneguhan dan penguatan. Memang tidak benar mengeluh sepanjang waktu, terus fokus pada masalah, tetapi menyatakan keadaan sebagai kenyataan yang ada, itu baik.
Ada orang menjawab bila ditanya: ‘Wah hari ini luar biasa.” Atau “Puji Tuhan - diberkati.” Adalah tidak jujur bila dia sedang terpuruk mengaku luar biasa. Apalagi sedang minim mengaku kelimpahan. Ini bukan kata-kata positif tapi munafik. Jika ya katakan ya, selebihnya berasal dari si jahat.
Tetapi dengan menyadari bahwa hari kita sangat di bawah biasa-biasa, tetapi kemudian dengan iman percaya kepada Yesus, kita berkata bahwa hari ini diubah ‘luar biasa’ … ‘hari gersang diubah menjadi berkat melimpah,’  wow! ini baru iman diperkatakan.

Pelajaran dari firman yang pertama adalah seperti diuraikan di atas:
1.   Orang percaya tidak lepas dari penderitaan, persoalan dan adanya kelemahan,
2.   Fungsi anggota tubuh dari jemaat Kristus ini diperlukan untuk meneguhkan,

Mereka adalah penginjil, pengajar, nabi, salah satu pemimpin gereja di Yerusalem, sedang menulis meneguhkan jemaat Tesalonika yang sedang menderita.
Meneguhkan dalam hal ini adalah menyatakan tujuan yang sedang dikejar dihubungkan dengan kondisi nyata yang ada.

Contoh: Saya melihat puncak gunung demikian pula Anda. Itulah tujuan kita mendaki, mencapai puncak. Anda kelelehan sekali, dan bahkan ragu apakah mampu untuk melanjutkan. Maka saya berkata, “Memang kamu sangat lelah dan hampir kehilangan semangat, tapi lihatlah kamu sedang dalam jalur yang benar mendaki ke puncak, dan lihatlah puncak sudah terlihat sebagai hasil untuk kerja keras sejauh ini, Ayo, terus maju, kamu sudah berhasil sampai sejauh ini…” inilah pentingnya peneguhan.

Paulus dan kawan-kawan juga orang yang mengalami penderitaan dan penganiayaan oleh karena nama Yesus. Mereka berhasil melihat maksud dan janji Allah dalam penderitaan itu, dan inilah nasihat dari pakar untuk saudara seiman yang sedang mengalami hal sering mereka alami.


…di dalam Allah Bapa kita dan di dalam Tuhan Yesus Kristus.
Bahwa yang mengirim surat dan yang dikirimi surat adalah di dalam Allah yang sama, dan di dalam juruselamat yang sama, Yesus Kristus.
Allah Bapa, karena sebutannya demikian, bukan, tetapi yang memang menjadi bapa kita. Satu hubungan yang dekat dan akrab,
Bahwa apapun yang sedang terjadi di Tesalonika, hal buruk yang dialami mereka, mereka adalah anak Allah juga, karena Allah Bapa adalah juga Bapa mereka. Sebab bisa terjadi, entah di pikiran atau perkataan, baik oleh jemaat atau pelayan Tuhan, menganggap aneh saudaranya seiman yang sedang menderita. Pikirnya dia kurang disayang Bapa, mungkin ada yang salah di berdoanya, barangkali hatinya tidak tulus atau persembahannya tidak benar, dll. Padahal ini kawannya pendalaman Alkitab, rekan pelayanan. Bapanya yang sedang menderita dan Bapanya yang baik-baik saja adalah sama, Allah Bapa di sorga.
Orang percaya yang berhasil, diberkati dan nampak dalam kecukupan, maka orang berkata inilah status anak Allah, tetapi orang yang sedang menderita dan kesusahan, dia bukan lagi sepenuhnya anak Allah. benar begitu? Keduanya kekasih Tuhan Yesus, mereka semua tetap dalam status yang sama.
Dengan pemahaman ini maka surat Rasul Paulus meneguhkan jemaat di Tesalonika. Tuhan, melalui surat ini, ingin kita melihat bahwa:

Dia adalah Bapa yang menginginkan dan memberikan yang terbaik untuk anak-anak-Nya, bukan bapa yang tidak peduli dengan apa yang sedang terjadi,
þ   Jika Allah seperti membiarkan penderitaan terjadi, itu bukan karena Dia pemarah, keras dan suka menghukum, tetapi adalah Bapa yang mengijinkan hal-hal terjadi untuk kebaikan,
þ   Karena Allah itu Bapa kita, ini berarti bahwa apapun yang sedang terjadi jangan cari pertolongan ke bapak di tempat lain, tetapi datang kepada Allah, Bapa, dan datang kepada Juruselamat Yesus Kristus,

 Ayat 2 Kasih karunia dan damai sejahtera dari Allah, Bapa kita, dan dari Tuhan Yesus Kristus menyertai kamu.
  • Meskipun penganiayaan semakin berat di Tesalonika, Paulus tetap menulis anugerah dan damai sejahtera…
Mengapa karena hanya anugerah Allah yang menyediakan kuasa ilahi untuk tetap bertahan dan tidak mengeluh atau menghujat dalam penderitaan. Anugerah Allah yang dinyatakan Roh Kudus membuat tetap mampu mengucap syukur dan memandang kembali kepada Allah.
Anugerah dari Allah yang memampukan tetap mampu melakukan kehendak Allah dalam kondisi buruk apapun.
Damai sejahtera yang mampu bertahan dalam penderitaan adalah yang dari Allah saja. Coba mari berhitung: Waktu menderita, sahabat dan kawan bisa mulai sedikit, uang mulai sedikit, kesehatan tinggal sedikit, pertolongan dari pekerjaan minim, lalu dari mana lagi sumber untuk terhibur tetap tenang dan damai? Ya dari Allah saja yang melimpah - tidak pernah kering.
Setelah bertumbuh menjadi orang percaya kita bisa melihat bahwa kemampuan mengatasi apapun dalam kehidupan itu bukan berasal dari diri sendiri tetapi berasal dari Allah.
Ayat 3  Kami wajib selalu mengucap syukur kepada Allah karena kamu, saudara-saudara. Dan memang patutlah demikian, karena imanmu makin bertambah dan kasihmu seorang akan yang lain makin kuat di antara kamu,
Mengapa Paulus wajib dan harus mengucap syukur atas kejadian yang tidak mengenakkan?

Pertama, Dia mengajarkan kepada dirinya dan semua orang percaya bahwa dalam perkara apapun harus mengucap syukur, berterima kasih, mengakui persoalan itu ada, menerima tetapi dengan percaya mengakui bahwa Allah itu Bapa, mengetahui dan mengontrol, dan kita tidak perlu mempersalahkan atau membenarkan diri, karena Dia tahu semuanya. Ketika terjadi sesuatu, respon mengucap syukur itu luar biasa, membunuh virus mengeluh, mematikan bakteri mencari kambing hitam, dan membasmi kuman kebimbangan.
Paulus sangat bersemangat memuji jemaat Tesalonika, bukan sebagai sekedar pujian penguatan atau penghiburan tetapi pujian yang pas, tidak lebih tidak kurang, untuk layak diberikan kepada jemaat Tesalonika dengan iman mereka,.

Kedua, dalam suratnya Paulus mengucap syukur karena penganiayaan menyebabkan jemaat Tesalonika berdiri di tempat yang benar, buktinya apa? Dua hal bukti utama muncul disini
1.   Terus bertumbuh dalam Kristus
2.   Tetap hidup saling mengasihi. Makin saling mengasihi dengan luar biasa.
Pelajaran yang luar biasa. Kenyataan, penderitaan membuat orang bisa berdiri di tempat yang salah. Harusnya tetap memandang dan bertumbuh dalam Kristus, berharap dan mencari wajah-Nya, tetapi mulai mencari pertolongan di tempat lain yang akhirnya mendukakan Tuhan. Harusnya dalam penderitaan tetap mengasihi saudara yang lain, tapi malah mulai membenci, mengatai, “Mereka egois, tidak setia, bukannya menolong malah menjauh,” dan banyak lagi. Memang benar itu biasa terjadi, tetapi justru jemaat Tesalonika menjadi contoh, mereka makin mengasihi. Nasihat yang luar biasa bukan?
Makin Anda dijauhi, diabaikan, kasihilah mereka, doakan, justru disinilah tersingkap persahabatan. Siapa lagi yang akan memberi contoh ‘menjadi sahabat yang setia’ kalau tidak dimulai dari kita.  
Roma 12:2  Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.

Dan ketiga, justru penderitaan membuat jemaat Tesalonika bertumbuh pesat imannya. Dalam penderitaan, makin berdoa. Makin mencari wajah Tuhan, jam pergumulan meningkat, mengoreksi diri, bertobat dari dosa, memegang janji Tuhan.
Saya pribadi selalu dibentuk dengan cara ini, Tuhan ijinkan kekurangan, gangguan, gelombang supaya saya duduk dan berdiri lagi di tempat yang benar. Mengucap syukur lagi, memuji lagi dengan segenap hati, meletakkan iman percaya dan bergantung sepenuhnya kepada Tuhan. Kadang-kadang Tuhan ijinkan hati kita dikecewakan, bahkan seakan dikhianati, tetapi ujungnya adalah kita percaya dan bergantung sepenuhnya kepada Allah Bapa kita lebih dari apapun. 
Ayat 4 sehingga dalam jemaat-jemaat Allah kami sendiri bermegah tentang kamu karena ketabahanmu dan imanmu dalam segala penganiayaan dan penindasan yang kamu derita
Hasil dari pertumbuhan iman dan kasih yang di puji Paulus, Silas dan Timotius adalah iman jemaat Tesalonika yang dipakai untuk menguatkan jemaat lain. Paulus bermegah atas yang terjadi pada jemaat Tesalonika, dan dengan bangga diceritakannya, dengan gembira disampaikan untuk membangun jemaat lain, Yaitu:
ªJemaat ini menunjukkan ketabahan, daya tahan, yang luar biasa.

ªMereka memegang erat imannya.
Orang percaya menunjukkan imannya kepada Allah, dimana? Bukan hanya dalam sekedar dalam pengakuan iman, tetapi dengan menunjukkannya. Bagaimana menunjukkannya? Dengan kesetiaan. Kesetiaan memegang iman dalam hidup yang penuh dengan tekanan, itu menunjukkan mereka memegang dengan percaya.

ªKetekunan jemaat dalam iman mereka patut dicatat karena ditunjukkan dan didemonstrasikan di tengah-tengah segala bentuk penganiayaan dan penderitaan. Jemaat ini terus menerus mengerjakannya, meskipun pencobaan bertubi-tubi tanpa ampun tidak menunjukkan belas kasihan.

Ayat 5 suatu bukti tentang adilnya penghakiman Allah, yang menyatakan bahwa kamu layak menjadi warga Kerajaan Allah, kamu yang sekarang menderita karena Kerajaan itu.


Perhatikan kata bukti dan pengadilan.
Suatu putusan pengadilan yang adil pasti atas dasar bukti dan saksi. Penghakiman Allah memutuskan bahwa jemaat Tesalonika adalah warga kerajaan Allah, dari bukti-bukti imanya dan kasih mereka dalam penganiayaan.
Bahwa penderitaan itu ternyata perlu ada karena dipakai memunculkan bukti utama yang dicatat dan digunakan sebagai bukit. Bukti untuk mengambil keputusan mutlak, yaitu diputuskan untuk keanggotaan kerajaan Allah.
Jemaat Tesalonika layak untuk kerajaan Allah,

Nampaknya masa-masa penderitaan dalam jemaat ini tidak masuk akal dalam terang pengadilan Allah. Ya, Apakah dalam hal ini Allah adil?
Memang sudah memberi yang layak, tetapi kalau Dia adil, mengapa tidak menghukum yang telah berbuat sangat jahat kepada umat-Nya?
Apakah adil jika Allah mengijinkan anak-anak-Nya menderita?

Tetapi kebenarannya memang Allah sungguh adil. Keadilannya ditunjukkan bukan dengan segera menghukum yang jahat, tetapi keadilan itu nampak dari respon jemaat Tesalonika terhadap penganiayaan.
Mereka dianiaya dan dalam penderitaan, tetapi mampu bertahan begitu lama dan tetap kuat, itu adalah bukti bahwa Allah campur tangan. Itu adalah bukti jemaat ini dibela. Mereka dilimpahi kasih karunia dan damai sejahtera.
Dan hasilnya pembelaan Allah adalah:
þmereka menang dari penganiayaan dan kedagingan,sehingga tetap bertumbuh dan saling mengasihi
 þmereka mendapat pengakuan dari Allah. Dalam sidang mereka dicatat dan diputuskan sebagai warga kerajaan Allah.  dan þmereka menjadi model dan contoh sepanjang masa. Dengan bangga rasul Paulus memuji, menceritakan kepada jemaat yang lain, model iman percaya dibuktikan dalam kesetiaan, dan sampai sekarang peristiwa itu dicacat dalam Alkitab. Artinya itu dikenang sepanjang masa, karena firman Allah itu tidak tergoyahkan dan kokoh.

 

Apa yang kita pelajari?

ªMengucap syukur adalah wajib dalam segala hal.
ªDalam setiap penderitaan saudara seiman, carilah cara untuk menguatkan dan memuji dalam ukuran kebenaran, dari pada menghakimi dan mencari kesalahan.
ªPerhatikanlah bahwa respon kita sebagai orang percaya itu sangat penting, sedang diperhitungkan Tuhan dan ditonton orang.
ª   Kita harus tahu bahwa Allah sumber anugerah dan damai sejahtera untuk semua yang kita perlukan melewati berbagai macam tantangan


catatan: jika menggunakan artikel ini cantumkan sumber dan penulis
oleh Yefta Heppy  
http://renunganheppy.blogspot.com/ 
http://belajarfirmantuhan.blogspot.com/

1 komentar:

  1. Shalom bapak, ibu dan saudara/i yang dikasihi oleh Tuhan. Apakah ada diantara bapak, ibu maupun saudara/i yang pernah mendengar tentang Shema Yisrael dan V'ahavta? Kalimat pernyataan keesaan YHWH ( Adonai/ Hashem ) dan perintah untuk mengasihiNya yang dapat kita temukan dalam Ulangan/ דברים/ Devarim 6 : 4 - 5 yang juga pernah dikutip oleh Yeshua/ ישוע/ Yesus di dalam Injil khususnya dalam Markus 12 : 29 - 31( juga di Matius 22 : 37 - 39 dan Lukas 10 : 27 ), sementara perintah untuk mengasihi sesama manusia dapat kita temukan dalam Imamat/ ויקרא/ Vayikra 19 : 18. Mari kita pelajari cara membacanya satu-persatu seperti yang akan dijabarkan di bawah ini :

    Ulangan/ דברים/ Devarim 6 : 4 - 5, " שְׁמַ֖ע יִשְׂרָאֵ֑ל יְהֹוָ֥ה אֱלֹהֵ֖ינוּ יְהֹוָ֥ה ׀ אֶחָֽד׃. וְאָ֣הַבְתָּ֔ אֵ֖ת יְהֹוָ֣ה אֱלֹהֶ֑יךָ בְּכׇל־לְבָבְךָ֥ וּבְכׇל־נַפְשְׁךָ֖ וּבְכׇל־מְאֹדֶֽךָ׃. "

    [ Cara membacanya dengan mengikuti aturan tata bahasa Ibrani yang berlaku, " Shema Yisrael! YHWH [ Adonai ] Eloheinu, YHWH [ Adonai ] ekhad. V'ahavta e YHWH [ Adonai ] Eloheikha bekol levavkha uvkol nafshekha uvkol me'odekha ]

    Imamat/ ויקרא/ Vayikra 19 : 18, " וְאָֽהַבְתָּ֥ לְרֵעֲךָ֖ כָּמ֑וֹךָ. "

    [ Cara membacanya dengan mengikuti aturan tata bahasa Ibrani yang berlaku, " V'ahavta l'reakha kamokha " ]

    Untuk artinya dapat dilihat pada Alkitab LAI.

    Diucapkan juga kalimat berkat seperti ini setelah diucapkannya Shema

    " . בָּרוּךְ שֵׁם כְּבוֹד מַלְכוּתוֹ לְעוֹלָם וָעֶד. "
    ( Barukh Shem kevod malkuto, le'olam va'ed, artinya Diberkatilah Nama yang mulia, KerajaanNya untuk selamanya )
    🕎✡️🐟🤚🏻👁️📜✍🏼🕯️❤️🤴🏻👑🗝️🛡️🗡️🏹⚖️⚓🕍✝️🗺️🌫️☀️🌒⚡🌈🌌🔥💧🌊🌬️❄️🌱🌾🍇🍎🍏🌹🍷🥛🍯🦁🦅🐂🐏🐑🐎🦌🐪🕊️🐍₪🇮🇱

    BalasHapus