Pelihara dengan Iman
1Timotius 6 : 20 Hai Timotius, peliharalah
apa yang telah dipercayakan kepadamu. Hindarilah omongan yang kosong dan yang
tidak suci dan pertentangan-pertentangan yang berasal dari apa yang disebut
pengetahuan,
21 karena ada beberapa orang yang mengajarkannya
dan dengan demikian telah menyimpang dari iman. Kasih karunia menyertai kamu!
…peliharalah apa yang telah dipercayakan kepadamu…
Jika anda menitipkan
barang-barang berharga karena dia hendak pergi sementara waktu,, misalnya
beberapa kilo emas, kepada siapakah kira-kira pilihan yang tepat? Pasti
seseorang yang bisa dipercaya, tidak meragukan dan punya kekuatan untuk
menjamin keselamatan emas Anda. Apalagi bila sudah terbukti berkali-kali mampu seperti
demikian. Adan merasa aman.
Karena ada orang baik dan bisa dipercaya, tetapi dia tidak punya cukup
kekuatan untuk menjaganya. Sehingga emas tersebut mudah dicuri atau diambil
paksa orang.
Andai Anda akan menabung
sejumlah besar uang ke Bank, maka faktor pertama yang anda pikirkan adalah
jaminan keselamatannya, baru kemudian keuntungan dari bunga, dan kemudian
kemudahan-kemudahan yang lainnya,
Dipercayakan dalam
ungkapan firman Tuhan ini adalah seperti sejumlah deposit dari Allah yang di
titipkan di bank di bumi. Dan bank itu adalah kita. Harta itu benar-benar
berharga, dia bisa berupa firman Allah, talenta-talenta, janji, program atau
rancangan Bapa di Bumi,
…dan penyimpanan di Bumi adalah
umat Allah yang dipercaya. Menurut gambaran Alkitab, tempat penyimpanan harta dari
sorga ini bukanlah sebuah lemari besi yang kokoh dan indah, tetapi sebuah
tempayan tanah liat biasa.
2Kor 4:7 Tetapi harta ini kami punyai dalam bejana tanah liat, supaya nyata, bahwa kekuatan yang melimpah-limpah itu berasal
dari Allah, bukan dari diri kami.
Tindakan ini adalah kebijaksanaan dan kemurahan Bapa. Bukan karena
hartanya kurang berharga, karena semua yang dari Bapa sangat berharga, karena
tidak mungkin terbeli dengan apapun alat beli di bumi ini. Tetapi demi kasih
dan kemurahan- Nya, Dia ingin setiap anak-Nya di Bumi memiliki dan mewarisi
kekayaan-Nya. Memang masalahnya, tempat menyimpan harta itu tidak sepadan dan
rentan.
Tentu Bapa
tahu akan kemungkinan buruk yang akan terjadi, dihancurkan, dicuri atau
dibinasakan, dan pasti harta itu berharga, tetapi bapa lebih memilih untuk
memberikan harta itu karena Dia adalah Bapa kelimpahan. Dia ingin anak-anak-Nya
memiliki dan memilikinya dalam kelimpahan.
Yoh 10:10
Pencuri datang hanya
untuk mencuri dan membunuh dan membinasakan; Aku
datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala
kelimpahan.
Hanya orang
yang sangat kaya, yang sangat murah hati dan penuh belas kasihan yang sanggup mempertimbangkan
dan melakukan pemberiaan-pemberian berharga yang melimpah.
Yakobus 1:5…..Allah,-yang
memberikan kepada semua orang dengan murah hati dan dengan tidak membangkit-bangkit—,
maka hal itu akan diberikan kepadanya
Sehingga
Dia, Bapa di sorga memberikan harta berharga kepada setiap anak-anak-Nya. Sekarang masalahnya adalah pada anak-anak
Tuhan: Sanggupkah menjaganya?
peliharalah apa yang telah dipercayakan kepadamu
saya tidak tahu apakah di dunia ini ada orang yang lahir dan dari
kecil sampai besar dengan tujuan: menjadi pengkhianat. Baik dalam hubungan
keluarga, persahabatan atau pelayanan.
Tetapi saya tahu ada kecenderungan orang untuk suatu waktu tidak dapat
memelihara apa yang telah dipercayakan. Tidak dapat memelihara karena tidak
sanggup lagi, karena memandang rendah, atau kelalaian dalam penguasaan diri, terlalu
menjaga diri dll.
Tetapi hari kita melihat beberapa point menarik tentang kegagalan dalam
memelihara apa yang dipercayakan:
Kelalaian
Jika saya dipercayakan menjaga kebun
bunga yang indah, maka saya akan memikirkan daftar kesalahan apa saja yang bisa
saya buat sehingga membuat kebun bunga ini bisa rusak.
Mulai dari serangan hama, tumbuh tanaman perusak, dirusak
binatang, kekurangan pupuk, atau mungkin banjir atau badai. Tetapi kesalahan
utama yang paling merusak adalah kelalaian
menyiraminya.
Demikian juga dengan harta Tuhan dalam
diri kita, bisa saja terabaikan, untuk beberapa waktu karena kita lalai. Tidak ada
kesengjaan untuk merusak, hanya sebuah kelalaian, tetapi akibatnya sama dengan
kerusakan.
Lalai kalau kita anak Allah, ciptaan
baru. Lalai kalau ada harta yang berharga dalam diri kita. Lalu hidup sembrono,
bicara sembarangan, tingkah lakunya tidak sesuai.
Lalai kalau kita anak Allah itu karena
kita melihat diri kita dengan panca indera. Melihat sama dengan orang lain.
Lalai bahwa sebenarnya kita berbeda dengan orang lain, status dan keanggotaan
kita adalah warga sorga, kekal.
Penyalahgunaan
Salah pernah melihat seorang teman
muda membuka tutup botol dengan giginya. Berhasil! Saya kagum dan applause,
tetapi herannya dia melakukan beberapa lagi untuk botol-botol yang lain. Maksud
saya adalah teman ini dengan sengaja melakukannya lagi dan lagi. Bukan fungsinya
gigi untuk tutup botol. Mungkin karena situasi sangat tidak memungkinkan hal
itu bisa dilakukan. Tetapi bagaimana dalam segala situasi?
Karena terdesak atau situasi, bisa
saja seseorang bereaksi salah bahkan berdosa. Tetap dengan pengetahuan dan
kesadaran bahwa itu dosa di hadapan Tuhan, lalu orang melakukan dan melakukan
lagi, ini penyalahgunaan kemurahan dan pengampunan Tuhan.
Kitalah
yang harus memilih tindakan-tindakan yang akan kita lakukan! dan menolak yang
jelas tidak benar. Tidak mungkin kita membaur dengan pembicaraan kotor karena
teman dan lingkungan memang demikian adanya. Memang dengan menjauh menjadi tidak
popular dan bisa dijauhi orang.
Kebohongan
dalam bentuk apapun tidak dianjurkan dalam Alkitab, tetapi dalam kehidupan
nyata berlaku demikian. Bahkan kebohongan ini bijak jika membawa kebaikan.
Kalau kita melakukannya dengan sengaja kita memilih menggunakan hikmat dan
pikiran yang diurapi kuasa Roh untuk hal-hal yang bukan kehendak Roh. Inilah
juga yang ditegur Tuhan Yesus kepada orang parisi, mengarang alasan rohani
untuk tindakan duniawi. Mendasari tindakan bersalahnya dengan prinsip
kebenaran.
Tidak bersedia berubah
Rm 12:2Janganlah
kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan
budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang
baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.
Saudara,
dengarkanlah 3 bejana tanah liat sedang berbicara,
Bejana 1: Aku mau
diriku di cat berwarna-warni yang mahal, supaya tampil lebih indah dan pantas
dengan harta yang disimpan di dalamnya. Harus dipoles supaya sesuai dengan emas
perak permata yang disimpan di dalamku.
Bejana 2: Aku mau
dibersihkan setiap hari, tidak usah tampil menyolok, tidak repot dengan
penampilan tetapi aku mau bersih dari segala kotoran setiap hari.
Bejana 3: Aku mau
hanya menjaga diriku supaya tidak terantuk dan rusak, bejana tanah liat ya
tetap bejana tanah liat. Dicat, digosok, dipajang di antara intan permata pun
tetap juga tanah liat, tidak berharga - mudah pecah!
Jika anda bejana
tanah liat, setuju dengan salah satu pendapat dari ketiganya?
Apapun pendapat kita, yang
dikehendaki Allah adalah perubahan. Berubah! Kemauan dan kerinduan berubah harus
ditaruh dalam diri kita, Roh yang akan mengerjakan hati yang siap.
Janganlah ikuti norma dan
aturan dunia ini, tetapi siapa yang mampu. Ya, Roh yang akan menolong. Komitmen
dulu untuk berubah. Jauh lebih baik kita komitmen, berdoa, minta kehendak Allah,
tetapi seperti tidak ada jawaban. Daripada menunggu gamblang dan terang, tetapi
tidak tahu kapan waktunya. Perubahan pribadi menjadi baru, bukan mujizat,
seperti air menjadi anggur. Saya berdoa : “Ubahlah saya Tuhan, jadikan baru!” percayalah
anda tidak akan pernah tiba-tiba menjadi seperti Paulus. Dirombak total dalam
beberapa menit atau hari. Tetapi itu bukan doa salah, itu tepat dalam hal
menunjukkan komitmen dan kerinduan supaya kita berubah. Pernyataan kerinduan,
ketidaksanggupan melakukannya sendiri, dan biar kuasa-Nya menyempurnakan
perubahan hari demi hari.
Ada satu
alasan seorang tidak mau berubah, demikian: ‘Saya mau berubah, tapi dalam
masalah saya ini bagaimana kehendak Allah? Saya tidak tahu kehendak Allah dalam
hal ini!’
Jawaban yang saya tahu dalam
hal ini adalah: Rm 12:2Janganlah
kamu menjadi serupa dengan dunia ini…
Memang dalam situasi tertentu kehendak
Allah tampak buram, belum jelas, tetapi jawaban pertama jelas: Jangan hidup
dengan gaya
yang sama dengan dunia ini’. Jangan ikut arus dunia. Jangan duniawi.
…tetapi berubahlah oleh pembaharuan
budimu…,
Apa yang kamu tahu dari firman Allah,
meskipun sedikit, ikutilah, lakukan. Itu berubah oleh pembaharuan.
sehingga kamu dapat membedakan manakah
kehendak Allah..
Hindarilah omongan yang kosong dan yang tidak suci dan
pertentangan-pertentangan yang berasal dari apa yang disebut pengetahuan
Beberapa
contoh yang saya tahu tentang pengetahuan yang baik tetapi tidak suci dan
bertentangan. Yaitu ketika kelompok orang pintar dan saleh menantang dan
mengejek Tuhan Yesus yang tidak masuk akal.
Matius 40 mereka berkata: "Hai
Engkau yang mau merubuhkan Bait Suci dan mau membangunnya kembali dalam tiga
hari, selamatkanlah diri-Mu jikalau Engkau Anak Allah, turunlah dari salib
itu!"
41 Demikian juga imam-imam kepala bersama-sama
ahli-ahli Taurat dan tua-tua mengolok-olokkan Dia dan mereka berkata:
42 "Orang lain Ia selamatkan, tetapi
diri-Nya sendiri tidak dapat Ia selamatkan! Ia Raja Israel? Baiklah Ia
turun dari salib itu dan kami akan percaya kepada-Nya.
43 Ia menaruh harapan-Nya pada Allah: baiklah
Allah menyelamatkan Dia, jikalau Allah berkenan kepada-Nya! Karena Ia
telah berkata: Aku adalah Anak Allah."
Tentu tidak masuk akal, seorang
penyelamat, raja alam semesta, Anak Allah tidak bisa turun dari penyaliban dan
membela dirinya.
Tidak
masuk akal menyelamatkan orang lain sedang dirinya sendiri tidak bisa ditolong,
Tidak
masuk akal, anak Allah, berharap kepada Allah, tetapi mati tanpa pertolongan…
Saudara,
kalau hari itu Tuhan Yesus bertindak masuk akal seperti pandangan ahli Taurat,
pasti kita tetap masih menjadi pendosa. Orang sesat penghuni neraka. Tapi justru
Tindakan Tuhan Yesus yang dimaki, membuat kita tidak mati, melainkan memperoleh
hidup kekal.
Semua
nalar pengetahuan pasti masuk akal dan diterima semua orang yang berakal,
sebaliknya perkara tidak masuk akal akan tampak bodoh dan dibuang orang. Dan dari
setiap masalah persoalan hidup, akan dicari jalan keluar yang paling masuk
akal. Akan dipilih solusi yang paling bisa diterima. Yang umumnya orang lakukan.
Dan ingat, Tuhanlah yang menciptakan
akal budi! Tetapi ingatlah firman Tuhan:
Yes 55:9 Seperti tingginya langit dari
bumi, demikianlah tingginya jalan-Ku dari jalanmu dan
rancangan-Ku dari rancanganmu.
Dalam
kekristenan ada istilah’ kesederhanaan’. Yesus, anak Allah datang dengan sederhana, memilih murid rata-rata sederhana,
dan banyak mengajar masyarakat umum. Tetapi misi keselamatan-Nya bukanlah hal
yang sangat sederhana karena :
…lebih mudah seekor unta
masuk melalui lobang jarum dari pada seorang kaya masuk ke dalam Kerajaan Allah
Mat 19:24 ,
Tetapi
Tuhan Yesus juga yang mengatakan
jika kamu mengaku dengan mulutmu, bahwa
Yesus adalah Tuhan, dan percaya dalam hatimu, bahwa Allah telah membangkitkan
Dia dari antara orang mati, maka kamu akan diselamatkan. Rm 10:9
sederhana
bukan?
dan
dalam pertemuan ibadah kita bicara tentang iman, pertobatan, panggilan Allah,
tentang kelemahan manusia, penyertaan Roh Kudus, pengampunan dosa oleh anugerah
dstnya…., intinya tentang apa saja yang diperbuat oleh Kristus.
Bukan
hal-hal yang rumit, tentang upaya manusia, tradisi atau rupa–rupa pengajaran
yang masuk akal dan menyenangkan pikiran. Benar dan masuk akal tetapi omong
kosong dari sisi firman Allah.
Ajaran
pengetahuan itu benar dan baik tetapi tidak benar dari kebenaran firman Allah.
Dan
yang lebih penting lagi: karena ada beberapa orang yang mengajarkannya dan dengan demikian
telah menyimpang dari iman.
Jadi peliharalah apa yang telah dipercayakan
Allah kepadamu,
· Jangan lalai,
· Jangan disalahgunakan,
· Jangan menjadi orang yang tidak mau berubah,
· Hindarilah omongan kosong yang tidak suci,
Added, renewed and developed by heppy widjayanto
Tidak ada komentar:
Posting Komentar