Sabtu, 24 September 2011

Bagaimana bejana tanah liat menjaga harta?


Pelihara dengan Iman 
1Timotius 6 : 20  Hai Timotius, peliharalah apa yang telah dipercayakan kepadamu. Hindarilah omongan yang kosong dan yang tidak suci dan pertentangan-pertentangan yang berasal dari apa yang disebut pengetahuan,
21  karena ada beberapa orang yang mengajarkannya dan dengan demikian telah menyimpang dari iman. Kasih karunia menyertai kamu!

…peliharalah apa yang telah dipercayakan kepadamu…
Jika anda menitipkan barang-barang berharga karena dia hendak pergi sementara waktu,, misalnya beberapa kilo emas, kepada siapakah kira-kira pilihan yang tepat? Pasti seseorang yang bisa dipercaya, tidak meragukan dan punya kekuatan untuk menjamin keselamatan emas Anda. Apalagi bila sudah terbukti berkali-kali mampu seperti demikian. Adan merasa aman.
Karena ada orang baik dan bisa dipercaya, tetapi dia tidak punya cukup kekuatan untuk menjaganya. Sehingga emas tersebut mudah dicuri atau diambil paksa orang.
 Andai Anda akan menabung sejumlah besar uang ke Bank, maka faktor pertama yang anda pikirkan adalah jaminan keselamatannya, baru kemudian keuntungan dari bunga, dan kemudian kemudahan-kemudahan yang lainnya,
Dipercayakan dalam ungkapan firman Tuhan ini adalah seperti sejumlah deposit dari Allah yang di titipkan di bank di bumi. Dan bank itu adalah kita. Harta itu benar-benar berharga, dia bisa berupa firman Allah, talenta-talenta, janji, program atau rancangan Bapa di Bumi,
…dan penyimpanan di Bumi adalah umat Allah yang dipercaya. Menurut gambaran Alkitab, tempat penyimpanan harta dari sorga ini bukanlah sebuah lemari besi yang kokoh dan indah, tetapi sebuah tempayan tanah liat biasa.

2Kor 4:7  Tetapi harta ini kami punyai dalam bejana tanah liat, supaya nyata, bahwa kekuatan yang melimpah-limpah itu berasal dari Allah, bukan dari diri kami.
Tindakan ini adalah kebijaksanaan dan kemurahan Bapa. Bukan karena hartanya kurang berharga, karena semua yang dari Bapa sangat berharga, karena tidak mungkin terbeli dengan apapun alat beli di bumi ini. Tetapi demi kasih dan kemurahan- Nya, Dia ingin setiap anak-Nya di Bumi memiliki dan mewarisi kekayaan-Nya. Memang masalahnya, tempat menyimpan harta itu tidak sepadan dan rentan.  
Tentu Bapa tahu akan kemungkinan buruk yang akan terjadi, dihancurkan, dicuri atau dibinasakan, dan pasti harta itu berharga, tetapi bapa lebih memilih untuk memberikan harta itu karena Dia adalah Bapa kelimpahan. Dia ingin anak-anak-Nya memiliki dan memilikinya dalam kelimpahan.

Yoh 10:10  Pencuri datang hanya untuk mencuri dan membunuh dan membinasakan; Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan.
Hanya orang yang sangat kaya, yang sangat murah hati dan penuh belas kasihan yang sanggup mempertimbangkan dan melakukan pemberiaan-pemberian berharga yang melimpah.

Yakobus 1:5…..Allah,-yang memberikan kepada semua orang dengan murah hati dan dengan tidak membangkit-bangkit—, maka hal itu akan diberikan kepadanya
Sehingga Dia, Bapa di sorga memberikan harta berharga kepada setiap anak-anak-Nya.  Sekarang masalahnya adalah pada anak-anak Tuhan: Sanggupkah menjaganya?
peliharalah apa yang telah dipercayakan kepadamu
saya tidak tahu apakah di dunia ini ada orang yang lahir dan dari kecil sampai besar dengan tujuan: menjadi pengkhianat. Baik dalam hubungan keluarga, persahabatan atau pelayanan.
Tetapi saya tahu ada kecenderungan orang untuk suatu waktu tidak dapat memelihara apa yang telah dipercayakan. Tidak dapat memelihara karena tidak sanggup lagi, karena memandang rendah, atau kelalaian dalam penguasaan diri, terlalu menjaga diri dll.
Tetapi hari kita melihat beberapa point menarik tentang kegagalan dalam memelihara apa yang dipercayakan:

Kelalaian
 Jika saya dipercayakan menjaga kebun bunga yang indah, maka saya akan memikirkan daftar kesalahan apa saja yang bisa saya buat sehingga membuat kebun bunga ini bisa rusak.
Mulai dari serangan hama, tumbuh tanaman perusak, dirusak binatang, kekurangan pupuk, atau mungkin banjir atau badai. Tetapi kesalahan utama yang paling merusak adalah kelalaian menyiraminya.   
Demikian juga dengan harta Tuhan dalam diri kita, bisa saja terabaikan, untuk beberapa waktu karena kita lalai. Tidak ada kesengjaan untuk merusak, hanya sebuah kelalaian, tetapi akibatnya sama dengan kerusakan.
Lalai kalau kita anak Allah, ciptaan baru. Lalai kalau ada harta yang berharga dalam diri kita. Lalu hidup sembrono, bicara sembarangan, tingkah lakunya tidak sesuai.
Lalai kalau kita anak Allah itu karena kita melihat diri kita dengan panca indera. Melihat sama dengan orang lain. Lalai bahwa sebenarnya kita berbeda dengan orang lain, status dan keanggotaan kita adalah warga sorga, kekal. 

 Penyalahgunaan
Salah pernah melihat seorang teman muda membuka tutup botol dengan giginya. Berhasil! Saya kagum dan applause, tetapi herannya dia melakukan beberapa lagi untuk botol-botol yang lain. Maksud saya adalah teman ini dengan sengaja melakukannya lagi dan lagi. Bukan fungsinya gigi untuk tutup botol. Mungkin karena situasi sangat tidak memungkinkan hal itu bisa dilakukan. Tetapi bagaimana dalam segala situasi?
Karena terdesak atau situasi, bisa saja seseorang bereaksi salah bahkan berdosa. Tetap dengan pengetahuan dan kesadaran bahwa itu dosa di hadapan Tuhan, lalu orang melakukan dan melakukan lagi, ini penyalahgunaan kemurahan dan pengampunan Tuhan.
Kitalah yang harus memilih tindakan-tindakan yang akan kita lakukan! dan menolak yang jelas tidak benar. Tidak mungkin kita membaur dengan pembicaraan kotor karena teman dan lingkungan memang demikian adanya. Memang dengan menjauh menjadi tidak popular dan bisa dijauhi orang.
 Kebohongan dalam bentuk apapun tidak dianjurkan dalam Alkitab, tetapi dalam kehidupan nyata berlaku demikian. Bahkan kebohongan ini bijak jika membawa kebaikan. Kalau kita melakukannya dengan sengaja kita memilih menggunakan hikmat dan pikiran yang diurapi kuasa Roh untuk hal-hal yang bukan kehendak Roh. Inilah juga yang ditegur Tuhan Yesus kepada orang parisi, mengarang alasan rohani untuk tindakan duniawi. Mendasari tindakan bersalahnya dengan prinsip kebenaran.

Tidak bersedia berubah
Rm 12:2Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.
Saudara, dengarkanlah 3 bejana tanah liat sedang berbicara,
Bejana 1: Aku mau diriku di cat berwarna-warni yang mahal, supaya tampil lebih indah dan pantas dengan harta yang disimpan di dalamnya. Harus dipoles supaya sesuai dengan emas perak permata yang disimpan di dalamku.
Bejana 2: Aku mau dibersihkan setiap hari, tidak usah tampil menyolok, tidak repot dengan penampilan tetapi aku mau bersih dari segala kotoran setiap hari.
Bejana 3: Aku mau hanya menjaga diriku supaya tidak terantuk dan rusak, bejana tanah liat ya tetap bejana tanah liat. Dicat, digosok, dipajang di antara intan permata pun tetap juga tanah liat, tidak berharga - mudah pecah!
Jika anda bejana tanah liat, setuju dengan salah satu pendapat dari ketiganya?
Apapun pendapat kita, yang dikehendaki Allah adalah perubahan. Berubah! Kemauan dan kerinduan berubah harus ditaruh dalam diri kita, Roh yang akan mengerjakan hati yang siap.
Janganlah ikuti norma dan aturan dunia ini, tetapi siapa yang mampu. Ya, Roh yang akan menolong. Komitmen dulu untuk berubah. Jauh lebih baik kita komitmen, berdoa, minta kehendak Allah, tetapi seperti tidak ada jawaban. Daripada menunggu gamblang dan terang, tetapi tidak tahu kapan waktunya. Perubahan pribadi menjadi baru, bukan mujizat, seperti air menjadi anggur. Saya berdoa : “Ubahlah saya Tuhan, jadikan baru!” percayalah anda tidak akan pernah tiba-tiba menjadi seperti Paulus. Dirombak total dalam beberapa menit atau hari. Tetapi itu bukan doa salah, itu tepat dalam hal menunjukkan komitmen dan kerinduan supaya kita berubah. Pernyataan kerinduan, ketidaksanggupan melakukannya sendiri, dan biar kuasa-Nya menyempurnakan perubahan hari demi hari.
Ada satu alasan seorang tidak mau berubah, demikian: ‘Saya mau berubah, tapi dalam masalah saya ini bagaimana kehendak Allah? Saya tidak tahu kehendak Allah dalam hal ini!’
Jawaban yang saya tahu dalam hal ini adalah: Rm 12:2Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini…
Memang dalam situasi tertentu kehendak Allah tampak buram, belum jelas, tetapi jawaban pertama jelas: Jangan hidup dengan gaya yang sama dengan dunia ini’. Jangan ikut arus dunia. Jangan duniawi.

…tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu…,

Apa yang kamu tahu dari firman Allah, meskipun sedikit, ikutilah, lakukan. Itu berubah oleh pembaharuan.
sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah..


Hindarilah omongan yang kosong dan yang tidak suci dan pertentangan-pertentangan yang berasal dari apa yang disebut pengetahuan
Beberapa contoh yang saya tahu tentang pengetahuan yang baik tetapi tidak suci dan bertentangan. Yaitu ketika kelompok orang pintar dan saleh menantang dan mengejek Tuhan Yesus yang tidak masuk akal.  

Matius 40  mereka berkata: "Hai Engkau yang mau merubuhkan Bait Suci dan mau membangunnya kembali dalam tiga hari, selamatkanlah diri-Mu jikalau Engkau Anak Allah, turunlah dari salib itu!"
41  Demikian juga imam-imam kepala bersama-sama ahli-ahli Taurat dan tua-tua mengolok-olokkan Dia dan mereka berkata:
42  "Orang lain Ia selamatkan, tetapi diri-Nya sendiri tidak dapat Ia selamatkan! Ia Raja Israel? Baiklah Ia turun dari salib itu dan kami akan percaya kepada-Nya.
43  Ia menaruh harapan-Nya pada Allah: baiklah Allah menyelamatkan Dia, jikalau Allah berkenan kepada-Nya! Karena Ia telah berkata: Aku adalah Anak Allah."
Tentu tidak masuk akal, seorang penyelamat, raja alam semesta, Anak Allah tidak bisa turun dari penyaliban dan membela dirinya.
Tidak masuk akal menyelamatkan orang lain sedang dirinya sendiri tidak bisa ditolong,
Tidak masuk akal, anak Allah, berharap kepada Allah, tetapi mati tanpa pertolongan…
Saudara, kalau hari itu Tuhan Yesus bertindak masuk akal seperti pandangan ahli Taurat, pasti kita tetap masih menjadi pendosa. Orang sesat penghuni neraka. Tapi justru Tindakan Tuhan Yesus yang dimaki, membuat kita tidak mati, melainkan memperoleh hidup kekal.

Semua nalar pengetahuan pasti masuk akal dan diterima semua orang yang berakal, sebaliknya perkara tidak masuk akal akan tampak bodoh dan dibuang orang. Dan dari setiap masalah persoalan hidup, akan dicari jalan keluar yang paling masuk akal. Akan dipilih solusi yang paling bisa diterima. Yang umumnya orang lakukan. Dan ingat,  Tuhanlah yang menciptakan akal budi! Tetapi ingatlah firman Tuhan:
Yes 55:9  Seperti tingginya langit dari bumi, demikianlah tingginya jalan-Ku dari jalanmu dan rancangan-Ku dari rancanganmu.
Dalam kekristenan ada istilah’ kesederhanaan’. Yesus, anak Allah datang dengan  sederhana, memilih murid rata-rata sederhana, dan banyak mengajar masyarakat umum. Tetapi misi keselamatan-Nya bukanlah hal yang sangat sederhana karena :
…lebih mudah seekor unta masuk melalui lobang jarum dari pada seorang kaya masuk ke dalam Kerajaan Allah Mat 19:24 ,

Tetapi Tuhan Yesus juga yang mengatakan
jika kamu mengaku dengan mulutmu, bahwa Yesus adalah Tuhan, dan percaya dalam hatimu, bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, maka kamu akan diselamatkan. Rm 10:9  
sederhana bukan?
dan dalam pertemuan ibadah kita bicara tentang iman, pertobatan, panggilan Allah, tentang kelemahan manusia, penyertaan Roh Kudus, pengampunan dosa oleh anugerah dstnya…., intinya tentang apa saja yang diperbuat oleh Kristus.
Bukan hal-hal yang rumit, tentang upaya manusia, tradisi atau rupa–rupa pengajaran yang masuk akal dan menyenangkan pikiran. Benar dan masuk akal tetapi omong kosong dari sisi firman Allah.
Ajaran pengetahuan itu benar dan baik tetapi tidak benar dari kebenaran firman Allah.
Dan yang lebih penting lagi: karena ada beberapa orang yang mengajarkannya dan dengan demikian telah menyimpang dari iman.

Jadi peliharalah apa yang telah dipercayakan Allah kepadamu,
·       Jangan lalai,
·       Jangan disalahgunakan,
·       Jangan menjadi orang yang tidak mau berubah,
·       Hindarilah omongan kosong yang tidak suci,

Added, renewed and developed by heppy widjayanto

Tidak ada komentar:

Posting Komentar